Kabupaten Boyolali menyimpan satu pesona wisata alam dengan air melimpah. Tepatnya di Pengging, Kecamatan Banyudono. Banyak rahasia sejarah tersimpan di lokasi ini. Pengin tahu ? Simak reportase Anwar Mustafa, Deni Nurindragani dan Sekretaris Redaksi Koran JITU Ardito Yuliadhi yang ingin melihat peradaban luar.
MINGGU pagi, udara di Obyek Wisata Pengging masih sejuk. Mendung menghalangi sebagian sinar matahari. Tak ada panas terik menyengat hari itu. Selain karena cuaca yang agak mendung, banyaknya pepohonan di Pengging membantu kita bernapas leluasa. Hampir di semua peman dian yang ada di Pengging, pohon besar dan rimbun selalu menjadi ciri khas. Mempertahankan paru-paru bumi yang semakin lama kian susut. Luas areal Obyek Wisata Pengging ini memiliki luas total 2.500 meter persegi. Sebagian besar wilayahnya berada di bawah pengelola an Dinas Pariwisata Pemkab Boyolali.
Secara khusus, Pengging diurus oleh unit pelaksana teknis dinas (UPTD). Sedikitnya terdapat tiga pemandian alam dan satu pemandian buatan yang khusus dipakai untuk anak-anak. Minggu itu, semua pemandian penuh. “Kalau liburan, rata-rata peng unjung 1.000 orang. Selain hari libur, ya sepi. Membeludak sampai 4.000 orang kalau ada momen khusus. Misalnya padusan sebelum puasa Ramadan,” ujar Wali yanto, Kepala UPTD Budaya Ziarah Pengging Dinas Pariwisata Pemkab Boyolali kepada Koran JITU.
Di obyek wisata yang umum, terdapat tiga pemandian alami, yakni Umbul Ngabean, Temanten dan Dudo. Dulu, di umbul tersebut sering digelar perlombaan musik tradisional ciblon. Musik ini unik. Karena dimainkan tanpa alat musik. Bunyi dihasilkan denga n sebuah teknik tertentu memukul air yang dilakukan sambil mandi. Warga setempat sangat akrab dengan musik ciblon ini. Ada kalanya, sebagai sebuah kebiasaan, tradisi ciblon sambil bermusik ini dilakukan setiap kali mandi di berbagai umbul (sumber air) yang ada di Pengging. “Tetapi sekarang sudah jarang digelar lomba. Tradisi itu sebenarnya bisa menarik wisatawan. Apalagi, sekarang di sini sudah dibangun Amphitheatre. Kalau kebiasaan masyarakat ciblon masih dilakukan,” kata Waliyanto.
Pengging dilengkapi pula dengan wisata kuliner. Yang menjadi unggulan adalah pemancingan. Wisatawan bisa mendapatkan ikan di sini, lalu langsung memasaknya. Kalau malas mancing, ada restoran yang menyediakan berbagai menu cepat saji. Obyek wisata ini juga dekat dengan pasar. Banyak barang kerajinan tradisional khas Boyolali dipasarkan di tempat itu. Pokoknya lengkap. Selain lokasi yang sudah disebutkan di atas, Pengging masih memiliki beberapa pemandian. Namun, fungsinya sedikit berbeda karena lebih mengarah pada wisata ziarah. Yakni Umbul Sungsang, Keputren, Kedhaton dan beberapa sumber air alami lain.
Perbedaannya, umbul- umbul tersebut lebih dikunjungi wisatawan yang mempunyai tujuan ziarah. “Mereka ini datangnya malam hari. Biasanya di atas pukul 23.00. Hampir setiap malam ada peziarah datang. Paling ramai kalau Jumat yang jatuh di hari pasaran Jawa Pahing. Kalau siang seperti ini, jarang. ,” beber Waliyanto. Para peziarah tersebut memang tak salah jika berkunjung ke Pengging dengan berbagai peninggalannya. Kerajaan Majapahit misalnya. Di salah satu sudut Obyek Wisata Pengging ada makam Dyah Ayu Retno Kedhaton, putri Prabu Brawijaya. Lalu, ada makam Kebo Kenanga.
Selain itu, ada juga orang penting bernama Handayaningrat, orang yang pernah berada di Kerajaan Mataram. Tidak hanya pejabat kerajaan saja yang dimakamkan di Pengging. Yosodipura I juga beristirahat terakhir di Pengging dan menjadi salah satu ikon wisata ziarah di tempat ini. Tidak sulit mencapai seluruh lokasi tersebut. Jaraknya masing- masing umbul dan makam para tokoh sejarah berdekatan. Hanya ratusan meter dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sekaligus, menikmati hawa bersih Pengging, di Kecamatan Banyudono, Boyolali.
Sumber: Koran Jitu
MINGGU pagi, udara di Obyek Wisata Pengging masih sejuk. Mendung menghalangi sebagian sinar matahari. Tak ada panas terik menyengat hari itu. Selain karena cuaca yang agak mendung, banyaknya pepohonan di Pengging membantu kita bernapas leluasa. Hampir di semua peman dian yang ada di Pengging, pohon besar dan rimbun selalu menjadi ciri khas. Mempertahankan paru-paru bumi yang semakin lama kian susut. Luas areal Obyek Wisata Pengging ini memiliki luas total 2.500 meter persegi. Sebagian besar wilayahnya berada di bawah pengelola an Dinas Pariwisata Pemkab Boyolali.
Secara khusus, Pengging diurus oleh unit pelaksana teknis dinas (UPTD). Sedikitnya terdapat tiga pemandian alam dan satu pemandian buatan yang khusus dipakai untuk anak-anak. Minggu itu, semua pemandian penuh. “Kalau liburan, rata-rata peng unjung 1.000 orang. Selain hari libur, ya sepi. Membeludak sampai 4.000 orang kalau ada momen khusus. Misalnya padusan sebelum puasa Ramadan,” ujar Wali yanto, Kepala UPTD Budaya Ziarah Pengging Dinas Pariwisata Pemkab Boyolali kepada Koran JITU.
Di obyek wisata yang umum, terdapat tiga pemandian alami, yakni Umbul Ngabean, Temanten dan Dudo. Dulu, di umbul tersebut sering digelar perlombaan musik tradisional ciblon. Musik ini unik. Karena dimainkan tanpa alat musik. Bunyi dihasilkan denga n sebuah teknik tertentu memukul air yang dilakukan sambil mandi. Warga setempat sangat akrab dengan musik ciblon ini. Ada kalanya, sebagai sebuah kebiasaan, tradisi ciblon sambil bermusik ini dilakukan setiap kali mandi di berbagai umbul (sumber air) yang ada di Pengging. “Tetapi sekarang sudah jarang digelar lomba. Tradisi itu sebenarnya bisa menarik wisatawan. Apalagi, sekarang di sini sudah dibangun Amphitheatre. Kalau kebiasaan masyarakat ciblon masih dilakukan,” kata Waliyanto.
Pengging dilengkapi pula dengan wisata kuliner. Yang menjadi unggulan adalah pemancingan. Wisatawan bisa mendapatkan ikan di sini, lalu langsung memasaknya. Kalau malas mancing, ada restoran yang menyediakan berbagai menu cepat saji. Obyek wisata ini juga dekat dengan pasar. Banyak barang kerajinan tradisional khas Boyolali dipasarkan di tempat itu. Pokoknya lengkap. Selain lokasi yang sudah disebutkan di atas, Pengging masih memiliki beberapa pemandian. Namun, fungsinya sedikit berbeda karena lebih mengarah pada wisata ziarah. Yakni Umbul Sungsang, Keputren, Kedhaton dan beberapa sumber air alami lain.
Perbedaannya, umbul- umbul tersebut lebih dikunjungi wisatawan yang mempunyai tujuan ziarah. “Mereka ini datangnya malam hari. Biasanya di atas pukul 23.00. Hampir setiap malam ada peziarah datang. Paling ramai kalau Jumat yang jatuh di hari pasaran Jawa Pahing. Kalau siang seperti ini, jarang. ,” beber Waliyanto. Para peziarah tersebut memang tak salah jika berkunjung ke Pengging dengan berbagai peninggalannya. Kerajaan Majapahit misalnya. Di salah satu sudut Obyek Wisata Pengging ada makam Dyah Ayu Retno Kedhaton, putri Prabu Brawijaya. Lalu, ada makam Kebo Kenanga.
Selain itu, ada juga orang penting bernama Handayaningrat, orang yang pernah berada di Kerajaan Mataram. Tidak hanya pejabat kerajaan saja yang dimakamkan di Pengging. Yosodipura I juga beristirahat terakhir di Pengging dan menjadi salah satu ikon wisata ziarah di tempat ini. Tidak sulit mencapai seluruh lokasi tersebut. Jaraknya masing- masing umbul dan makam para tokoh sejarah berdekatan. Hanya ratusan meter dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sekaligus, menikmati hawa bersih Pengging, di Kecamatan Banyudono, Boyolali.
Sumber: Koran Jitu