Topeng Ireng asal Selo saat tampil di Keraton Surakarta. |
Fraksi Nurani Rakyat Partai Golkar saat ini mengaku keberatan dengan usulan tersebut. Partai berlambang pohon beringan ini mempertanyakan hasil nyata yang akan diperoleh Boyolali dari pengiriman tim misi kebudayaan ke Eropa dengan anggaran Rp 1,044.000.000,-. Pihaknya juga mempertanyakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai leading sektor terkait program itu.
“Kita melihat belum ada manfaatnya untuk Boyolali, kenapa dinas tidak membuat inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan pariwisata di Boyolali, kan masih banyak pariwisata di Boyolali yang belum dikelola dengan baik,” ungkap Fuadi, Wakil Ketua Banggar yang juga anggota Fraksi Nurani Rakyat Partai Golkar, Kamis (6/12).
Dicontohkan, kondisi obyek wisata di Pengging banyak yang rusak. Dimana kamar mandi yang ada banyak daun pintunya yang hilang. Meski obyek wisata itu telah dipihak ketigakan, namun Dinas juga harus tetap bertanggung jawab.
Hal senada juga diungkapkan Wakil Pimpinan DPRD, Turisti Hindriya, pihaknya sangat menyayangkan Disbudpar yang tidak mempunyai tujuan yang jelas terkait misi kebudayaan ke Eropa tersebut. Pihaknya justru mengusulkan, anggaran sebesar itu digunakan untuk menaikkan ikon Boyolali sebagai Kota Susu yang saat ini mulai pudar gaungnya.
“Kan bisa peternak sapi perah di Boyolali dibawa ke Swiss, untuk belajar beternak disana, bagaimana meningkatkan produksi susu sapi,itu akan lebih bermanfaat bagi Boyolali, selain mendapatkan ilmu tentang sapi kita juga bisa memperkenalkan Boyolali di luar negeri,” imbuh Turisti.
Selain itu, kesenian yang akan ditampilkan di Eropa, diantaranya tari Anoman, Rama Shinta,tidak mewakili kesenian lokal di Boyolali. Hal itu justru dianggap menghambu-hamburkan anggaran.
Sebelumnya, Bupati Boyolali, Seno Samudro, sebagai upaya menjalankan misi visinya dalam bidang pariwisata, mempunyai rencana mengirimkan delegasi kesenian ke Eropa. Delegasi ini akan memperkenalkan kesenian dan budaya di Boyolali melalui seni, tari dan suara.
Sumber: timlo.net