• Selama tiga kali pasaran terakhir, harga penjualan sapi di Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali mengalami penurunan Rp 500.000 – Rp1 juta tiap ekor.
  • Revitalisasi Umbul Tirtomulyo di Dusun Umbul, Kemasan, Sawit, Boyolali, tahap pertama sudah berjalan 60%.
  • Sebanyak 10 orang siswa dari OSIS SMK Ganesha Tama dan SMK Muhammadiyah 4 mengadakan kerja bakti membersihkan coretan di dinding bagian depan Taman Sono Kridanggo dan BPD Boyolali.
  • Menghadapi musim penghujan yang intensitasnya mulai tinggi, BPBD Boyolali melakukan pemetaan daerah rawan bencana alam.

Minggu, 03 Juni 2012

Ikon Kota Susu di Boyolali Mulai Pudar

Anggota DPRD minum susu sapi segar bersama.
Anda suka susu? Bicara tentang susu, tentu tidak akan lepas dari predikat kota yang terletak di lereng Merapi, Boyolali. Sebutan tersebut hampir dikenal dimanapun dan menjadi ciri khas Boyolali. Bahkan sampai dibikin lagu “Susu Boyolali” yang menjadikan semakin tenar.
Sayangnya, perkembangan sapi perah sebagai penghasil susu, belakangan ini mulai menurun. Penurunan produksi susu sapi disebabkan banyaknya peternak sapi perah yang pindah haluan memilih beternak sapi daging. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya mahalnya biaya pakan dan kwalitas susu yang rendah.
Kondisi tersebut menjadi keprihatinan di DPRD Boyolali. Bila dibiarkan, ikon Boyolali sebagai Kota Susu bisa hilang. ”Sayang sekali kan bila itu hilang, kita mencoba melakukan gebrakan dengan mengumpulkan peternak sapi perah untuk mengeliatkan kembali peternakan sapi perah di Boyolali,” ungkap Wakil Pimpinan Dewan, Turisti Hindriya, Sabtu (2/6) saat mengumpulkan puluhan peternak sapi perah.
Puluhan sapi peternak yang dikumpulkan untuk sementara berasal dari 5 kecamatan penghasil susu sapi, Mojosongo, Cepogo, Selo, Boyolali Kota, dan Musuk. Dalam kesempatan tersebut, peternak mengeluhkan berbagai kendala yang dihadapi saat ini. Seperti masalah mahalnya harga pakan, susu sapi yang selalu ditolak KUD karena kwalitas jelek dan harga susu yang rendah. Padahal produksi susu segar yang disetorkan melalui KUD ke industri pegolahan susu cukup besar, sekitar 200.000 liter per hari. Saat ini harga jual susu segar dari peternak ke KUD berkisar Rp 3.500 per liter.
“Selama ini kita sering diombang ambingkan harga susu, pakan juga, padahal kwalitas susu sangat tergantung juga dengan pakan yang kita berikan,” ungkap Sarwoto, peternak sapi perah asal Cepogo.


Sebagian besar peternak memakai bekatul, konsentrat, dan singkong (yang harganya terus naik) untuk pakan ternak sapinya. Kondisi ini diperparah pada musim kemarau. Para peternak harus mendapatkan pakan rumput dengan cara beli, bahkan air bersih untuk minum sapi juga harus beli.

Sumber: timlo.net


Artikel Terkait