• Selama tiga kali pasaran terakhir, harga penjualan sapi di Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali mengalami penurunan Rp 500.000 – Rp1 juta tiap ekor.
  • Revitalisasi Umbul Tirtomulyo di Dusun Umbul, Kemasan, Sawit, Boyolali, tahap pertama sudah berjalan 60%.
  • Sebanyak 10 orang siswa dari OSIS SMK Ganesha Tama dan SMK Muhammadiyah 4 mengadakan kerja bakti membersihkan coretan di dinding bagian depan Taman Sono Kridanggo dan BPD Boyolali.
  • Menghadapi musim penghujan yang intensitasnya mulai tinggi, BPBD Boyolali melakukan pemetaan daerah rawan bencana alam.

Jumat, 31 Agustus 2012

Tradisi Turun-temurun di Lereng Merapi: Bakdo Kupat, Rame-rame Mengarak Hewan Ternak

Masyarakat di lereng Gunung Merapi mempunyai banyak tradisiturun temurun. Salah satunya adalah Bakdo Kupat untuk hewan ternak mereka seperti sapi dan kambing. Bakdo kupat ternak sendiri diadakan saat Syawalan atau tujuh hari setelah Lebaran. Tradisi ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta atas hewan ternak mereka yang ikut menopang perekonomian warga.
Tradisi Bakdo Kupat untuk ternak dilakukan masyarakat di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Pagi hari atau tujuh hari setelah Lebaran, masyarakat berkumpul di perempatan desa, tidak lupa mereka membawa ternak berupa sapi dan kambing. Lucunya, ternak yang mereka bawa di lehernya terdapat kupat yang dikalungkan. Setelah semuanya kumpul, warga pun mengarak keliling kampung ternak mereka. Tidak hanya kalangan dewasa yang ikut serta, namun anak-anakpun dengan membawa ternak mereka, biasanya kambing dan pedhet (anak sapi) turut serta di dalamnya.
Usai diarak keliling, biasanya kupat yang dikalungkan ke leher sapi dan kambing diberikan ke ternak. Warga percaya dengan memberikan kupat ke ternak mereka akan membuat ternak mereka lebih sehat dan menghasilkan susu lebih banyak. Tidak dipungkiri di Desa Sruni, hampir semua masyarakatnya mengandalkan susu sapi sebagai penopang perekonomian.
“Ini tradisi turun temurun, kita lakukan setiap tahun atau puncak Lebaran dengan mengelar Syawalan dan Kupatan, ini sekaligus sebagai wujud terimakasih kita kepada Sang Pencipta,” ungkap Zaini, seorang warga, usai mengarak ternaknya. Warga juga berharap, tradisi ini bisa tetap dilestarikan hingga anak cucu mereka.

Sumber: timlo.net


Artikel Terkait